Tuesday 10 February 2015

Perbedaan cara memberi makan pada anak

Di negara saya , Indonesia, bisa dibilang banyak anak makan tidak di meja makan. Orangtua atau pengasuh anak memberi makan anak di luar rumah sambil dibawa jalan-jalan sore menggunakan kereta dorong atau sambil bermain gelantungan di taman. Ada juga yang memberi makan di ruang tamu sambil menghidupkan televisi atau sambil anak bermain di lantai dan akhirnya main kejar-kejaran. Cara-cara tersebut kebanyakan bertujuan agar anak mau makan. Jalan-jalan, mainan, televisi atau aktivitas lain dilakukan untuk mengalihkan perhatian anak pada konsentrasi makan. “katanya” biar anak tidak sadar pas disuap/disogok makanan ke dalam mulutnya. Banyak orangtua yang pusing atau takut apabila anak tidak mau makan atau tidak berhasil makan dengan baik. Sehingga biasanya cara lainpun akan dicari agar anak berhasil makan. Cara unik lain adalah dengan membawa anak jalan-jalan dengan mobil keliling kompleks sambil disuap dengan makanan. Setelah makanan habis barulah kembali ke rumah. Tidak jarang pula anak akhirnya makan makanan yang dingin karena membutuhkan waktu berjam-jam untuk menghabiskannya. Dari keseluruhan cara ini, pastinya anak tidak makan dengan tangan sendiri. Orangtua atau pengasuh yang bertugas menyuap/menyogok makanan ke dalam mulut anak. Sedangkan tangan anak hanya diam atau sibuk dengan mainan yang sudah disediakan. Tidak sedikit anak yang hingga umur 5 tahun masih disuap dengan cara-cara di atas setiap jam makan. Sehingga orangtua harus membagi waktu untuk menyuap anak dan makan untuk dirinya sendiri. Beberapa orangtua mengambil langkah menyuapi anak dengan alasan agar makanan tidak berserakan di lantai dan akhirnya mengotori lantai. Sehingga tidak perlu repot lagi membersihkannya.
Lalu, bagaimana dengan cara memberi makan anak di negara Swiss? Sepanjang pengetahuan dan pengalaman saya bekerja di sekolah PAUD di negara ini, saya akan berbagi sedikit bagi anda yang penasaran. Mungkin bagi orang yang belum tahu akan melihat ini sebagai cara yang kaku atau sebaliknya. Mari kita lihat perbedaanya. Sebelum jam makan, anak akan diingatkan kira-kira beberapa menit lagi waktunya makan. Kemudian orang dewasa akan menyiapkan meja dan peralatan makan sesuai dengan jumlah orang yang makan. Kursi untuk anak akan disesuaikan dengan usianya. Anak bayi yang belum bisa duduk akan diberi makan di kursi khusus dengan posisi berbaring, sedangkan anak yang sudah bisa duduk akan duduk di kursi bayi yang ukuran dan bentuknya berbeda dengan kursi orang dewasa. Sebelum makan biasanya orang dewasa akan menjelaskan dengan singkat menu yang tersedia. Waktunya makan, tidak semua anak bayi yang duduk bersama orangtua akan makan dengan sendok yang sudah disediakan. Bayi usia 7 bulan-1,5 tahun mulai belajar makan sendiri dengan menggunakan tangan. Orang dewasa akan dengan pengertian mengarahkan tangannnya menggunakan sendok, walaupun akhirnya anak akan mencoba meraih makanan sendiri dan memasukkan ke mulutnya dengan tangan. Sedangkan anak yang sudah berusia di atas 1,5 tahun tahun biasanya sudah mulai lancar makan sendiri dengan sendok dan pisau pemotong makanan. Apakah dengan cara ini ada jaminan lantai akan bersih dari makanan jatuh?Tidak samasekali!Pasti selalu ada makanan yang jatuh ataupun air minum yang tumpah. Sambil makan, biasanya akan ada diskusi di meja makan, antara anak dan orang dewasa atau antara anak-anak itu sendiri. Ada dinamika, canda, tawa dan sopan santun yang tercipta. Misalnya saat anak meminta makanan tambahan dia akan meminta dengan kata tolong dan ditutup dengan kata terimakasih. Tentunya anak akan disarankan tidak bernyanyi saat waktunya makan atau tidak bermain dengan alat-alat makan di depannya. Dari kebiasaan ini saya mempelajari banyak hal baik dan berniat menulisnya sebagai bentuk refleksi.
Sekali lagi, kebiasaan yang baik sejak kecil akan memberi hasil yang baik bagi masa depan anak.
Mari belajar bersama :)



No comments:

Post a Comment