Di negara saya , Indonesia, bisa dibilang banyak anak makan tidak di meja makan. Orangtua atau pengasuh anak memberi makan anak di luar rumah sambil dibawa jalan-jalan sore menggunakan
kereta dorong atau sambil bermain gelantungan di taman. Ada juga yang memberi
makan di ruang tamu sambil menghidupkan televisi atau sambil anak bermain di
lantai dan akhirnya main kejar-kejaran. Cara-cara tersebut kebanyakan bertujuan
agar anak mau makan. Jalan-jalan, mainan, televisi atau aktivitas lain
dilakukan untuk mengalihkan perhatian anak pada konsentrasi makan. “katanya”
biar anak tidak sadar pas disuap/disogok makanan ke dalam mulutnya. Banyak orangtua
yang pusing atau takut apabila anak tidak mau makan atau tidak berhasil makan
dengan baik. Sehingga biasanya cara lainpun akan dicari agar anak berhasil
makan. Cara unik lain adalah dengan membawa anak jalan-jalan dengan mobil
keliling kompleks sambil disuap dengan makanan. Setelah makanan habis barulah
kembali ke rumah. Tidak jarang pula anak akhirnya makan makanan yang dingin karena membutuhkan waktu berjam-jam untuk menghabiskannya. Dari keseluruhan cara ini, pastinya anak tidak makan dengan
tangan sendiri. Orangtua atau pengasuh yang bertugas menyuap/menyogok makanan
ke dalam mulut anak. Sedangkan tangan anak hanya diam atau sibuk dengan mainan
yang sudah disediakan. Tidak sedikit
anak yang hingga umur 5 tahun masih disuap dengan cara-cara di atas setiap jam
makan. Sehingga orangtua harus membagi waktu untuk menyuap anak dan makan untuk dirinya sendiri. Beberapa orangtua mengambil langkah menyuapi anak dengan alasan agar makanan tidak berserakan di lantai dan akhirnya mengotori lantai. Sehingga tidak perlu repot lagi membersihkannya.
Lalu, bagaimana dengan cara memberi makan anak di negara
Swiss? Sepanjang pengetahuan dan pengalaman saya bekerja di sekolah PAUD di
negara ini, saya akan berbagi sedikit bagi anda yang penasaran. Mungkin bagi
orang yang belum tahu akan melihat ini sebagai cara yang kaku atau sebaliknya. Mari
kita lihat perbedaanya. Sebelum jam makan, anak akan diingatkan kira-kira
beberapa menit lagi waktunya makan. Kemudian orang dewasa akan menyiapkan meja
dan peralatan makan sesuai dengan jumlah orang yang makan. Kursi untuk anak
akan disesuaikan dengan usianya. Anak bayi yang belum bisa duduk akan diberi
makan di kursi khusus dengan posisi berbaring, sedangkan anak yang sudah bisa
duduk akan duduk di kursi bayi yang ukuran dan bentuknya berbeda dengan kursi
orang dewasa. Sebelum makan biasanya orang dewasa akan menjelaskan dengan singkat
menu yang tersedia. Waktunya makan, tidak semua anak bayi yang duduk bersama
orangtua akan makan dengan sendok yang sudah disediakan. Bayi usia 7 bulan-1,5
tahun mulai belajar makan sendiri dengan menggunakan tangan. Orang dewasa akan
dengan pengertian mengarahkan tangannnya menggunakan sendok, walaupun akhirnya
anak akan mencoba meraih makanan sendiri dan memasukkan ke mulutnya dengan
tangan. Sedangkan anak yang sudah berusia di atas 1,5 tahun tahun biasanya
sudah mulai lancar makan sendiri dengan sendok dan pisau pemotong makanan.
Apakah dengan cara ini ada jaminan lantai akan bersih dari makanan jatuh?Tidak
samasekali!Pasti selalu ada makanan yang jatuh ataupun air minum yang tumpah. Sambil
makan, biasanya akan ada diskusi di meja makan, antara anak dan orang dewasa
atau antara anak-anak itu sendiri. Ada dinamika, canda, tawa dan sopan santun
yang tercipta. Misalnya saat anak meminta makanan tambahan dia akan meminta
dengan kata tolong dan ditutup dengan kata terimakasih. Tentunya anak akan
disarankan tidak bernyanyi saat waktunya makan atau tidak bermain dengan
alat-alat makan di depannya. Dari kebiasaan ini saya mempelajari banyak hal baik
dan berniat menulisnya sebagai bentuk refleksi.
Sekali lagi, kebiasaan yang baik sejak kecil
akan memberi hasil yang baik bagi masa depan anak.
Mari belajar bersama :)
No comments:
Post a Comment