Tuesday 2 February 2016

Musim dingin ke empat, aku terjerat oleh penyakit lokal

Bulan Februari 2013, pertama kalinya aku mengunjungi kota Lausanne, negara Swiss. Saat itu bertepatan dengan musim dingin dengan jumlah salju yang lumayan tebal. Pertama kalinya juga dalam hidupku, aku melihat dan menyentuh salju yang sebelumnya hanya ada dalam bayangan semata. Bagiku, pengalaman itu adalah suatu hal yang menyenangkan dan sedikit konyol, saat Patrick menjemputku di bandara, di perjalanan menuju ke rumah orangtuanya, saya minta turun untuk menyentuh salju dan merasakan bagaimana dinginnya. Dingin memang tapi seru!! Sepanjang kunjungan saya selama dua bulan, kamipun melakukan banyak kegiatan seperti pergi ke gunung bermain ski, mendaki gunung bersalju dengan menggunakan sepatu raquette, mengunjungi kota-kota lain saat salju turun dan berada di luar dengan suhu hingga -9 derajat. Aku memang merasa kedinginan namun karena semua adalah baru bagiku, aku menikmati dengan antusias, sama sekali tidak merasakan kesusahan ataupun jatuh sakit seperti halnya banyak orang di sini, pasti terserang penyakit musim dingin seperti flu, batuk, sakit kepala, meriang dll. 
Musim dingin ke dua adalah bulan Desember 2013, kulewati dengan baik-baik saja. Tanpa terserang penyakit musim dingin sama sekali. Di musim ini juga kami melakukan olahraga ski ke gunung dan aku mengalami kecelakaan, akhirnya aku simpulkan bahwa olahraga ski bukanlah untukku. Kami tidak jodoh untuk saling dekat :P. Demikian halnya musim dingin ke tiga bulan Desember 2014, aku masih merasa baik-baik saja. Aku mulai tidak menyukai berada di luar dengan suhu udara dingin, dengan sepatu dan pakaian yang tebal dan berat. Aku mulai merasa sesak saat berjalan. Merasa tidak nyaman saat harus selalu memasukkan jari-jari ke dalam saku jaket. Sering menggerutu saat harus berada di luar namun bahagia ketika salju turun karena suasana menjadi indah. Aku menolak saat diajak ke gunung untuk bermain ski, karena sudah memutuskan hubungan dengannya tahun lalu. Akhinya kami hanya bermain seluncuran di bukit bersalju yang lokasinya tidak jauh dari kota tempat kami tinggal, itupun dengan syarat ketika matahari cerah aku akan mau pergi.
Kini tiba musim dingin ke empat dalam hidupku. Aku menjadi seperti orang lokal, yang sakit di awal pergantian musim gugur dan dingin. Bukan Desember 2015 lalu, aku mengalami batuk parah yang juga pertama kali dalam hidupku. Batuk kering yang bertahan selama hampir tiga minggu. Aku merasakan tulang-tulang dada dan punggungku sakit karena batuk yang kualami. Obat yang kuminum sepertinya tidak mempan hingga akhirnya aku melakukan cara kampung yaitu dengan memeras jeruk nipis dan mencampur airnya dengan madu. Aku lakukan itu setiap hari dengan harapan batuk kering berubah menjadi dahak. Tidur tidak pernah lelap karena tenggorokan yang gatal dan kering sangat mengganggu. Tepat menjelang natal, aku merasa sembuh. Syukur sekali penderitaan itu berakhir!!!
Tahun baru dimulai, salju tahun ini tidak seperti tahun lalu. Banyak yang mengatakan karena pemanasan global dunia, akupun mengiyakan. Musim dingin sepertinya belum dimulai, eh bunga-bunga sudah pada bersemi. Musim dingin tahun ini matahari sering menyapa. Bukan berarti pertanda baik juga bagi kesehatan, bakteri merajalela. Tepat awal tahun ini, aku memulai pekerjaan tetapku sebagai pendidik di PAUD, dan kesehatan anak sangat berpengaruh kepada pendidik juga. Tahun ini hampir setiap hari anak-anak datang ke PAUD dengan ingus yang meleler, mata yang sendu dan berair karena flu, suhu tubuh yang hangat karena demam. Dengan semua godaan-godaan ini, akupun terjerumus di dalamnya. Tepat jumat minggu lalu, sepulang kerja, aku merasakan sakit di kepala, mata mulai perih dan hidup mulai mampet. Langsung minum obat dan minum air putih yang banyak, istirahat cukup sepanjang akhir pekan, tetap saja hingga 4 hari sakit kepala dan flu ini masih betah bersarang di tubuhku. Ya, adaptasiku berjalan dengan baik, adaptasi dengan penyakit lokal yang selama 3 kali musim dingin tidak pernah menyapaku, kali ini aku terjerat!Jadi kesimpulannya, aku berhasil beradaptasi selama 2,5 tahun di negara ini, adaptasi dengan makanan, lingkungan sosial, bahasa, cuaca dan penyakit musiman. Aku bangga dengan diriku sendiri tapi menderita dengan sakit kepala ini :(

Kutulis dalam keadaan sakit kepala, mata perih, hidung mampet 
dan berbaring di sofa sepulang kerja siang ini
Lausanne, 02-02-2016