Masih berlanjut soal cara memanggil nama, tapi kali ini cara memanggil nama
bagi anak oleh orang dewasa termasuk oleh orangtuanya. Lagi-lagi tulisan ini
adalah hasil refleksi pribadi yang kadang menggelitik namun juga gerah dalam
kepalaku. Sekali lagi, ini bukan sindiran tetapi karena keinginan untuk
berbagi dengan pembaca baru juga pembaca setia blog ini.
Pemberian nama bagi setiap anak yang baru lahir pastinya membutuhkan usaha
dan cara beragam. Ada orangtua yang sibuk bertanya ke sana ke mari, membaca
dalam buku kumpulan nama-nama bayi, mencari di dalam internet, meminta masukan
dari orang-orang yang lebih tua dan banyak cara lainnya. Nama-nama yang terpilih dan
akhirnya diberikan kepada anak juga beragam, ada yang pendek, sedang, panjang
dan sangat-sangat panjang. Ini hanyalah nama depan. Belum bagi suku-suku
tertentu yang memiliki budaya memberikan nama keluarga di belakang nama depan
dan ada juga istilah nama baptis untuk agama tertentu.
Adapun setiap orangtua memiliki maksud di balik pemilihan nama bagi anak
mereka. Setiap nama akan memiliki arti masing-masing. Nama indah dengan arti
yang lebih indah lagi menjadi simbol adanya harapan kebaikan di baliknya. Banyak
orangtua berharap bahwa apabila anak menyandang nama yang indah dengan arti
yang indah, dia akan menjadi orang yang baik, bijaksana, sopan, berhasil,
makmur, jaya, sentosa, bahagia di masa depannya. Mau satu contoh satu nama yang
agak panjang? Misalnya saja nama saya sebelum menikah Fatmawati Indah Lestari Girsang.
Saya memiliki tiga nama depan. Fatma yang berarti bunga teratai, wati yang
berarti perempuan, Indah yang berarti menarik/enak dipandang, Lestari yang berarti
selalu hidup subur dan terawat, sedangkan Girsang adalah nama keluarga/marga
batak yang saya sandang dari bapak saya. Nah apabila disambungkan artinya
kira-kira demikian: seorang perempuan yang menarik enak dipandang mata seperti
bunga teratai yang subur anak dari bapak Girsang. Aduh bagus sekali bukan? Saya
yakin pasti masih banyak contoh nama-nama yang bagus dan menarik lainnya yang
disandangkan kepada anak.
Sebenarnya apa hal yang menggelitik dalam kepala saya yang membawa saya
pada niat untuk berceloteh lewat tulisan ini?Jelas sekali karena keindahan nama
pemberian orangtua ini. Anak yang menyandang nama sedemikian panjang dan indah
mungkin bangga memiliki nama panjang dengan arti yang bagus. Namun apakah
orangtua semuanya konsisten dengan nama yang dia sandangkan bagi anak?Akhir-akhir ini tidak
sedikit orangtua yang baru memiliki anak, dengan bangga mengunggah foto anak
mereka di media sosial dengan penjelasan tulisan nama anak yang panjang dan
indah. Bblablablabla......Yang membuat saya tersenyum pahit adalah saat si ibu
memberikan nama kecil untuk anaknya “si pesek”. Supaya lebih jelas lagi dia
dengan bangga membalas komentar teman-temannya dengan penjelasan yang
mengarahkan mereka menilai hiduang anaknya, “iya lho lihat aja tuh hidungnya
pesek banget”. Kemudian ditimpali oleh teman-temannya lagi: “si pesek nan
cantik”, “si pesek tapi putih”. Hampir
setiap hari foto anaknya diunggah dalam media sosial ini dengan tulisan
penjelasan: si pesek lagi minum, si pesek lagi bobo,dan blablablabla...
Nama-nama panggilan ini tidak hanya tercipta dengan melihat kekurangan
anak, sebaliknya juga ada yang memanggil anaknya dengan sebutan “si mancung
kami”, “si putih kami”, "si gendut", "si montok", "si cantik", "si ganteng" dan biasanya ditambah dengan komentar pujian seperti:
iya mancung banget hidungnya, kayak bule. Ada juga yang sangat drastis: putih
banget ya padahal bapak-mamanya itam dekil. Atau dengan pujian lain: wah
rambutnya lurus kayaknya tuh, gak keriting kayak bapaknya. Blablablabla....
Dengan nama panggilan yang dianggap “lucu” ini saya menjadi teringat dengan
contoh-contoh lain yang sebenarnya banyak sekali saya jumpai bahkan saya alami
semasa kecil. Sampai saat ini masih jelas saya ingat nama panggilan bagi saya oleh
saudara-saudara saya waktu itu “si birong”, “si birong galot”, yang artinya si hitam, si hitam seperti babi
hutan. Memasuki masa SMP saya dipanggil “si tepos” oleh beberapa teman
laki-laki. Memasuki masa SMA saya dipanggil “si rambut singa” oleh beberapa
teman perempuan. Memasuki masa kuliah saya dipanggil “si batak” oleh beberapa
teman nongkrong, karena aksen berbicara saya. Sepertinya masa pergaulan saya
tidak lepas dari nama panggilan yang melekat dengan fisik dan penampilan luar
saya. Apakah hanya saya yang mengalami hal seperti ini? Saya yakin tidak!!
Pemberian nama panggilan yang mengarah ke fisik anak sepertinya menjadi hal
biasa bagi beberapa orang dewasa. Motifnyapun mungkin beragam, mungkin ada yang
ingin kelihatan lucu, mungkin juga ingin mempertegas keadaan fisik si anak.
Namun taukah kita (orang dewasa), di balik nama-nama yang kita anggap lucu
tersebut akan berakibat tidak baik baik anak?Tidak hanya sebatas teringat
seperti halnya saya sekarang, tetapi jauh lebih lagi. Anak yang dipanggil
dengan nama-nama yang mengarah kepada penilaian fisiknya akan tumbuh menjadi
anak yang kurang percaya diri dan juga sebaliknya akan tumbuh menjadi anak yang
tinggi hati. Menilai fisik orang lain akan menjadi hal biasa bagi anak. Anak
akan melihat manusia dari cara orangtuanya menilai dia. Tidak heran juga banyak
anak akan memilih teman bermainnya dari fisik atau penampilan luarnya. Contoh
yang lebih bahaya lagi adalah anak akan heran melihat bahwa ada suku lain yang
memiliki warna kulit, ukuran hidung, dan jenis rambut yang berbeda.
Apakah hal-hal yang saya paparkan di atas hal sepele?Saya rasa tidak. Mari
kita amati di sekitar kita, banyak orang dewasa yang dulunya adalah “anak” yang menyandang nama-nama indah pemberian
orangtua, mungkin di masa pertumbuhannya dia menyandang nama panggilan yang
merujuk ke fisiknya, mungkin juga dia tumbuh dalam keluarga yang memberikan
nama panggilan “lucu” bagi ornaglain, semuanya hanya kemungkinana. Sehingga
banyak saya amati manusia yang menjadi komentator-komentator rasis di media.
Mereka berdebat dan berkomentar dengan mengangkat suku, agama, aliran, warna
kulit, keturunan, bentuk tubuh, jenis rambut, bentuk hidung, dan
blablablabla....ah sudahlah, saya sedih!!
Dan apa kabar nama-nama indah yang disandangkan oleh orangtua kepada anak?Mungkin
mereka hanya tinggal nama :I