Wednesday 7 November 2012

Refleksi Perjalanan ke Desa Seima & Ugem

Belajar mengenai nilai-nilai budaya lokal yang terdapat dalam masyarakat sangatlah menarik. Banyak hal-hal baru yang sebelumnya tidak saya ketahui akhirnya terungkap di dalam masyarakat. Prinsip gotong-royong yang sangat kental yang terbentuk dalam masyarakat terlihat dalam hal pembangunan sarana-sarana umum seperti gereja, kantor desa dan Polindes. Bentuk gotong-royong yang dimaksud adalah mengambil kayu di hutan, menghaluskan, menyusun menjadi bangunan yang sebenarnya. Pohon milik pribadi akan direlakan oleh pemiliknya untuk disumbang kepada panitia pembangunan. Khusus untuk pembangunan kantor desa dan Polindes, pemerintah memberikan sumbangan dana sehingga proses pembangunan sarana-sarana tersebut berjalan dengan lancar. Namun untuk pembangunan gedung gereja, panitia samasekali tidak mendapatkan bantuan dana dari pemerintah, dana yang dipakai untuk penyelesaian gedung gereja tersebut adalah dana yang terkumpul dari setiap jemaat di distrik Mugi, dimana mereka berhasil mengumpulkan dana sebesar 10 juta per jemaat. Ini merupakan jumlah yang sangat besar akan tetapi karena kesetiaan jemaat mereka rela menyumbangkan dana tersebut dari hasil penjualan panen hasil pertanian mereka.
Pada saat peresmian di bulan Desember 2009 yang akan datang, masyarakat juga menyumbangkan satu ekor babi dari setiap rumah tangga untuk dibakar saat acara. Hal ini mereka lakukan adalah sebagai tanda ucapan syukur atas berdirinya gereja di desa Seima. Pendeta di jemaat tersebut mengatakan bahwa proses pembangunan gedung gereja berlangsung dengan cepat dan lancar selama tiga bulan dengan menyewa buruh bangunan. Gedung gereja bercat putih berdiri kokoh di lapangan  yang luas, sebagai hasil dari usaha masyarakat secara bersama-sama.
Ada hal unik lain yang penulis temukan selama mengamati proses pembangunan sarana-sarana umum di dalam masyarakat, yaitu bekerja dengan iringan lagu-lagu daerah yang dinyanyikan oleh bapak-bapak yang bekerja. Sebelum memulai pekerjaan di pagi hari, seorang bapak yang turun ke lapangan tempat mereka bekerja akan bernyanyi dan sedikit berteriak dengan lantunan nada-nada khas Papua. Hal ini menandakan bahwa ia mengajak teman-teman yang lain untuk segera datang dan turut membantu. Tidak berapa lama penulis melihat satu-persatu bapak-bapak yang akan bergotong-royong datang ke lapangan tempat mereka bekerja. Setelah semuanya berkumpul kemudian dibentuklah tim khusus untuk mengambil kayu di hutan. Sebelum berangkat tim tersebut akan berbaris rapi dan menyanyikan lagu-lagu daerah sebagai penyemangat dalam melakukan pekerjaan bersama-sama. Sepanjang perjalanan menuju tempat pengambilan kayu, semangat mereka masih tetap terdengar dari pemukiman penduduk. Sesekali terdengar lagu-lagu masih dinyanyikan dan berbaris dengan rapi menghadap ke arah pemukiman penduduk. Demikian halnya pada saat tim pengambil kayu kembali dengan kayu hasil dari pencaria di hutan, mereka disambut dengan lagu-lagu daerah oleh bapak-bapak lain yang berada di lapangan. Sungguh suatu kejadian baru yang sangat unik bagi penulis.
Saya menemukan sistem partisipasi yang sangat erat terbentuk dalam masyarakat. Dalam hal pembagian peran antara laki-laki dan perempuan juga terlihat sangat berbeda, baik dalam pertanian maupun dalam bergotong-royong. Dalam melakukan persiapan lahan, mulai dari pembukaan lahan, membabat, mencangkul hingga membersihkan lahan dilakukan kaum oleh laki-laki. Proses berikutnya dilakukan oleh kaum perempuan, yakni menyiapkan benih yang baik, menanam, merawat, menyiangi, memanen, menjual hasil di pasar hingga mengelola keuangan keluarga. Pembagian peran antara kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam bergotong-royong membangun sarana umum juga terlihat jelas saat perempuan dikhususkan untuk memilih batu-batu di daerah berbukit dan mengangkutnya ke tempat yang sudah disediakan di dekat gedung yang sedang dibangun. Batu-batu tersebut nantinya akan dipakai untuk acara bakar batu dalam rangka peresmian gedung. Kaum laki-laki sendiri bekerja mengambil kayu, membelah kayu dan membentuk jadi bangunan.
Dalam hal pembagian peran-peran tersebut di atas penulis melihat bahwa prinsip maskulinitas laki-laki dan prinsip feminitas perempuan sangat terlihat jelas. Laki-laki melakukan hal-hal yang dianggap berat dan kasar sedangkan perempuan melakukan pekerjaan yang teliti dan lebih mengandalkan sifat feminitas perempuan yang mengandalkan kepedulian dan kelemahlembutan, seperti merawat, menanam dan memanen. Hal lain yang terlihat jelas dalam hal pembagian tempat untuk tidur bagi kaum laki-laki dan kaum perempuan. Mereka tidur terpisah di dalam honai (rumah tradisional) yang berbeda. Kaum laki-laki akan tidur di honai laki-laki dan sebaliknya kaum perempuan akan tidur di honai perempuan walaupun sebenarnya mereka memiliki rumah sehat yang layak. Demikian halnya dengan anak-anak mereka, anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan yang sudah dewasa akan tidur dengan ayah dan ibu mereka masing-masing sesuai dengan jenis kelamin masing-masing. Akan tetapi khusus untuk anak-anak yang masih kecil baik laki-laki ataupun perempuan akan tidur bersama dengan ibu mereka. Selain honai laki-laki dan honai perempuan, ada juga honai umum yang disediakan untuk kumpul atau pertemuan dan doa bersama jemaat. Satu jenis honai lain ialah honai yang diisi oleh keluarga sebagai tempat tinggal, terdapat dapur dan kandang untuk hewan peliharaan mereka di dalamnya menjadi satu.
Selain nilai-nilai budaya positif yang mendukung yang terlihat jelas oleh penulis, ada juga nilai-nilai yang negatif yang menghambat perkembangan pendidikan bagi anak-anak. Hal tersebut penulis amati saat mengadakan permainan bersama dengan anak-anak di halaman depan Pusat Belajar Anak (PBA) Seima. Di tengah permainan bersama dengan anak-anak, bapak-bapak yang sedang bekerja mengangkat dan mengumpulkan kayu untuk dijemur berteriak ke arah kami. Saat itu penulis tidak mengerti apa yang disampaikan oleh bapak tersebut, namun setelah bertanya kepada anak-anak yang sedang bermain penulis baru memahami maksud bapak-bapak tersebut, yakni agar anak-anak ikut membantu mengangkat dan mengumpulkan kayu-kayu. Anak-anak sedang menikmati permainan dan mereka tidak mau untuk beranjak membantu kelompok bapak-bapak tersebut. Namun penulis terkejut saat seorang bapak mendatangi ke arah kami dan melihat wajah anak-anak yang malas dan ketakutan. Bapak tersebut menyampaikan bahwa mereka membutuhkan tenaga anak-anak untuk mengangkut kayu-kayu, baik anak-anak laki-laki maupun anak-anak perempuan. Penulis mengakui kecewa dengan apa yang disampaikan oleh bapak tersebut dan membiarkan anak-anak untuk menurut kepada bapak-bapak yang bekerja. Mereka menganggap bahwa hal tersebut adalah adat yang harus ditaati di dalam masyarakat, yang sebenarnya bagi penulis tidak wajib berlaku untuk anak-anak yang masih di bawah umur dan sedang menikmati waktu bermain dan belajar di PBA. Sangat ironis saat anak-anak menikmati waktunya di PBA akan tetapi mereka tepaksa untuk membantu pekerjaan orang dewasa.
Masalah lain juga terlihat dalam bidang pendidikan anak-anak, dimana orang tua tidak terlalu memperdulikan apakah anaknya berangkat ke sekolah atau tidak. Orang tua tidak menjalankan peran sebagai orang yang memotivasi anak untuk tetap rajin belajar, sehingga anak tidak menganggap bahwa belajar merupakan kewajiban sebagai anak. Dari pihak sekolah sendiri sebagai instansi yang mendidik anak juga masih menunjukkan banyak kekurangan. Selama satu minggu berada di desa Seima, penulis tidak melihat ada proses belajar mengajar di sekolah. Saat saya bertanya kepada murid-murid yang sedang bermain bola, mereka hanya menjawab kalau semua guru pergi ke kota, sehingga mereka tidak bisa belajar seperti layaknya murid-murid lain di perkotaan. Suatu kesempatan saya melihat seorang guru berjalan ke sekolah dan menuju ruangan kelas. Penulis memutuskan untuk turut serta di dalam kelas dan mengamati sistem belajar yang dipakai oleh guru tersebut, akan tetapi beliau berbalik menganjurkan untuk mengumpulkan anak-anak dari semua kelas di dalam suatu ruangan dan meminta saya untuk mengisi pelajaran di kelas.
Setelah mengisi kelas dengan perkenalan anak-anak dan bernyanyi bersama, saya memutuskan untuk berbincang-bincang dengan kepala sekolah yang kebetulan berada di tempat. Beliau mengeluhkan tentang sikap nakal anak-anak, kemalasan anak-anak untuk datang ke sekolah dan sebagainya. Saya melihat bahwa pihak sekolah berusaha menyalahkan murid-murid yang malas datang, tanpa berusaha merefleksikan sikap dan kemalasan masing-masing sebagai pengajar. Anak-anak di desa Seima adalah anak-anak yang pintar dan cerdas, terlihat saat proses belajar dan bermain di PBA. Antusias mereka sangat besar untuk mengetahui hal-hal baru yang belum pernah mereka ketahui. Tingkat kehadiran mereka di PBA juga sangat tinggi. Semangat mereka yang sangat besar menyadarkan penulis untuk tetap mengandalkan kesabaran dalam menghadapi kenakalan mereka sebagai anak-anak. Anak-anak sebagai generasi yang memiliki kesempatan emas untuk berkembang dan memiliki ilmu yang sebenarnya adalah hak mereka, harus terus didukung dan dibimbing dalam proses perkembangan mereka. Salah satu yang dilakukan oleh organisasi tempat saya bekerja saat itu adalah dengan terus mengaktifkan PBA-PBA di daerah pelayanan. PBA-PBA tersebut sangat berpengaruh dalam perkembangan psikologis dan keilmuan anak.
Hal lain yang sangat mengejutkan bagi saya adalah saat melakukan perbincangan dengan bapak Simson seorang guru di desa Ugem. Beliau mengeluhkan suatu masalah yang sering terjadi dengan anak-anak murid SD di desa Ugem. Banyak anak yang di bawah umur memutuskan untuk menikah dan tidak melanjutkan pendidikannya lagi. Sesuai aturan administrasi di sekolah apabila ada anak yang memutuskan untuk menikah harus membayar denda yang sudah ditentukan dalam peraturan di desa tersebut. Bagi bapak Simson sendiri hal tersebut adalah sutau masalah yang harus diselesaikan bersama, baik mengenai usia anak yang masih terlalu dini ataupun mengenai denda yang harus dibayar sesuai aturan. Permasalahan ini sebenarnya sudah dibahas di dalam masyarakat akan tetapi hasil yang didapat ialah bahwa orangtua menuruti kehendak anak-anak mereka untuk menikah dini. Kontrol yang  baik dan pendidikan seks yang cukup dari orangtua dan guru sangat diperlukan dalam hal ini.
Berbicara mengenai perkembangan anak di dalam masyarakat, harus dilihat juga dari segi kesehatan dan status nutrisi yang didapatkan. Informasi yang diperoleh penulis dari petugas kesehatan, seorang mantri yang bekerja di Polindes Seima menyatakan bahwa penyakit yang sering dialami oleh anak-anak adalah panas dingin, mencret dan diare. Mulai dari mencret biasa hingga mencret yang berdarah. Hal tersebut disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang belum menerapkan pola hidup sehat, misalnya mereka sudah terbiasa mengkonsumsi air yang tidak dimasak terlebih dahulu dan sering mengkonsumsi makanan dengan sembarangan. Selain itu juga orang tua tidak menerapkan pola hidup bersih terhadap anak-anak, misalnya dengan mengajarkan mereka untuk mandi teratur dan mencuci tangan dan kaki dengan bersih. Untuk sumber air sendiri, masyarakat di desa Seima termasuk masyarakat yang beruntung karena tidak jauh dari pemukiman penduduk di atas bukit terdapat sumber air bersih yang mengalir dari pegunungan yang dapat dimanfaatkan untuk mandi, memasak dan mencuci. Hanya saja hal tersebut tidak merupakan suatu kelebihan bagi mereka karena pola hidup masyarakat yang malas mandi dan hanya mengandalkan air hujan saja. Mantri tersebut juga menginformasikan bahwa ada kejadian bayi meninggal karena tidak segera dibawa oleh orang tuanya untuk ditangani oleh petugas kesehatan. Sistem imunisasi yang seharusnya wajib dilakukan terhadap bayi yang baru lahir tidak dilakukan dengan teratur karena berbagai alasan, mulai dari petugas kesehatan dari Puskesmas yang tidak rutin datang dan juga para ibu yang malas membawa anak-anak mereka untuk diimunisasi.
Sistem adat yang berlaku dan dianut oleh masyarakat adalah bahwa seseorang yang sakit tidak harus segera diperiksa dan diberi obat, karena dia akan sembuh dengan sendirinya apabila si penderita tidak berada di dalam rumah dalam keadaan sendiri tanpa seorang teman bersamanya. Sehingga suatu hari saya bertemu dengan seorang anak yang sedang berbaring di atas rumput di suatu bukit di desa Seima. Saya melihat anak tersebut pucat dan sepertinya dalam keadaan sakit. Apa yang saya duga ternyata benar, anak tersebut mengalami demam tinggi dan belum mengkonsumsi obat sama sekali. Akhirnya saya mengetahui alasan mengapa anak tersebut berbaring di luar rumah dan memutuskan untuk memberi vitamin, satu buah pisang dan sebotol air untuk dia konsumsi. Pola pikir masyarakat lokal yang terpaut dengan adat sering membatasi langkah mereka untuk melakukan hal-hal yang lebih rasional demi keselamatan dan kesejahteraan mereka.
Hal kedamaian di dalam masyarakat di desa Seima sudah termasuk dalam keadaan damai. Demikian halnya yang saya ketahui dari seorang mantan kepala suku yang menjabat sebagai kepada desa di desa tersebut. Konflik yang pernah terjadi adalah mengenai kerisauan masyarakat dengan kehilangan babi peliharaan mereka, baik yang dicuri, disuntik orang lain ataupun mati terbunuh. Oleh karena babi termasuk harta berharga yang mereka miliki, maka biasanya masyarakat berusaha memecahkan permasalahan tersebut dengan cara merundingkan masalah tersebut dengan para tokoh masyarakat, tokoh adat dan juga tokoh gereja. Kerisauan lain yang dialami oleh masyarakat adalah dengan adanya penyakit terhadap tanaman pertanian mereka, yakni hipere (ubi jalar) dan sayur-sayuran lainnya. Sehingga hasil saat panen juga tidak terlalu memuaskan dan mereka kekurangan makanan pokok untuk keluarga. Berbicara tentang bencana, suatu kabar baik yang saya peroleh bahwa sepanjang sejarahnya di desa Seima tidak pernah terjadi bencana yang merusak hingga saat ini.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk diamati adalah mengenai ekonomi masyarakat. Sesuai dengan hasil perbincangan dengan Bapak Simson, umur 41 tahun, yang bertugas sebagai guru di SDN Mugi dan sekaligus sebagai ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di desa Ugem. KSM di desa Mugi terbentuk tahun 2007 langsung diketuai oleh Bapak Simson. Pertemuan dilakukan satu kali dalam satu bulan yang membahas tentang kegiatan KSM, hasil panen, pemeliharaan babi, pengadaan kandang babi dan membahas tentang penyakitnya, pengadaan pagar keliling untuk memperindah lingkungan. Hasil panen dari desa tersebut pada umumnya hanya Hipere saja karena bibit yang murah. Untuk jenis tanaman yang lain, seperti tomat, jagung dapat tumbuh tapi karena modal yang kurang untuk membeli bibit dengan harga yang mahal. Masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat dala pertanian adalah, tanah sudah mulai ada hama sehingga bapak Simson mengungkapkan bahwa mereka membutuhkan obat semprot hama untuk lahan mereka. Saat panen tiba kendala yang selalu dihadapi oleh para petani adalah dalam hal mengangkut hasil panen ke terminal angkutan kota di Kali Yetni. Jarak yang jauh dari Ugem ke terminal harus ditempuh pada pagi hari dan secepat mungkin agar tidak terllu siang tiba di kota. Setiba di kota, petani menjual sendiri hasil panen mereka tidak ditampung oleh pembeli besar, sehingga mereka harus bersabar menunggu hingga barang habis terjual.
Setelah mendapatkan hasil penjualan dari panen mereka, petani segera menyisihkan sebagian dari uang hasil penjualan tersebut untuk ditabung. Tabungan tersebut dapat dimanfaatkan untuk membeli bibit baru ntuk ditanam lagi dan ada juga yang membuat kios kecil di rumah mereka sebagai penghasilan tambahan keluarga. Sistem menabung yang dilakukan masyarakat adalah kesepakatan anggota KSm di desa tersebut. Kesadaran anggota sangat tinggi dalam melakukan persiapan untuk keperluan yang di masa depan dan berguna bagi kestabilan ekonomi keluarga dan kesejahteraan anak-anak mereka.
Usaha lain yang memberikan manfaat besar bagi anggota KSM di desa Ugem adalah dengan adanya honai-honai penginapan yang disewakan khusus untuk para turis yang datang ke daerah tersebut. Honai-honai tersebut disewakan dengan harga Rp.70.000/malam. Informasi yang saya dapatkan saat itu dari buku tamu yang diperlihatkan terhitung ada 20 kelompok turis yang sudah menginap di honai-honai milik KSM dan grup tradisonal di desa tersebut. Hasil sewa honai tersebut akan ditabung sebagai uang bersama kelompok. Selain honai yang disewakan, masyarakat juga diajarkan oleh bapak Simson untuk aktif berpartisipasi apabila ada acara adat tahunan yang biasanya dilakukan setiap bulan agustus. Pada bulan tersebut biasanya grup  tradisional yang dibentuk oleh bapak Simson akan mempersembahkan tari-tarian adat lengkap dengan aksesoris-aksesoris khas Papua. Hal tersebut akan mengundang perhatian para turis yang datang di bulan tersebut dan mereka akan mendapatkan bayaran yang dimasukkan dalam kas grup. Sungguh suatu usaha yang kreatif dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat sebagai anggota kelompok di desa tersebut.
                        *tulisan dibuat satu bulan setelah saya tinggal di desa bersama dengan masyarakat lokal November 2009

Kami Suka Menulis


Tulisan-tulisan berikut adalah merupakan tulisan anak SMA dari beberapa sekolah di kabupaten Jayawijaya Papua. Saya panggil mereka dengan adik-adik. Saat itu diadakan lomba menulis antar anak di seluruh Indonesia oleh kantor organisasi dari Jakarta. Saya sampaikan kepada adik-adik ini bahwa akan ada lomba dan apabila tulisan terpilih sebagai pemenang, adik-adik akan diberi hadiah. Beberapa antusias untuk menulis dengan tema yang sudah ditentukan oleh panitia. Saat itu saya sangat bahagia dan bangga kepada mereka adik-adik peserta lomba menulis yang dengan semangat merangkai kata-kata menjadi satu tulisan yang bermakna. Di balik cerita dan pencitraan yang ada di Indonesia barat, bahwa anak Papua sangat lambat, tidak cerdas dan terbelakang., di sini saya mau menunjukkam bahwa anak Papua adalah anak yang memiliki potensi,  impian dan harapan besar seperti anak-anak lainnya di Indonesia. Selamat membaca J


Sub Tema: Makanan dan gizi seimbang
Sebagai  seorang anak, saya ingin membantu orang tua untuk menanam sayur- sayuran di kebun dengan cara yang efektif dan membersikan lahan agar sayur- sayuran tumbuh subur.  Dengan menanam sayur –sayuran yang banyak kita bisa sehat dan menambah gizi. Saya ingin mengajak orang tua saya untuk menanam sayur-sayuran di kebun agar dapat menambah gizi yang seimbang  dan masyarakat pun bisa sehat dan tidak mudah sakit.
Saya juga ingin meningkatkan kegiatan di kebun agar semua berjalan lancar dan sukses. Saya ingin memberikan yang terbaik kepada orang tua dan masyarakat untuk merawat kebun kita dengan baik. Jjika kita merawat kebun kita pasti  akan aman dan sehat dan bisa membuat lahan yang luas agar dapat menanam sayur-sayuran yang banyak bersama masyarakat. Kita bisa saling membantu dan saling berdamai, antara satu sama yang lain. Dengan demikian kita juga bisa menjual sayur –sayuran di pasar  dengan hasil yang di jual kita membeli bibit sayur- sayuran . dan dengan  hasil  sayur. Sisa uang nya bisa membayar uang sekolah  dan bisa menabung uang di celengan .dengan menabung  uang kita bisa sukses   
                                                                                                         *ditulis oleh Iawe Matuan

  
Sub Tema: Pelayanan di puskesmas dan pelayanan kesehatan lainnya

Aku ingin pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang baru lahir yang berkualitas. Pelayanan kesehatan pertama di posyandu maupun puskesmas. Dengan adanya puskesmas kita harus beruntung karena puskesmas itu untuk menjaga bayi yang baru lahir dan kita harus melakukan dengan baik dan hati-hati.
Di desa saya tersedi pelayanan keamanan persalinan dan nifas oleh petugas kesehatan. Kita harus menjaga kehamilan dengan baik karena bayi di dalam kandungan ibu harus jaga kesehatan dengan sehat. Kalau kita tidak jaga dengan baik atau tidak jaga kesehatan, bayi itu bisa cacat atau bisa meninggal karena mereka tidak menjaga kesehatan pada waktu hamil dan keluarga pun juga harus jaga kesehatan dan sehat. Saya harus jaga kesehatan ibu dan bayi baru lahir dipromosikan sebagai tanggung jawab bersama-sama antara masyarakat dan sistem kesehatan lokal maupun nasional.
Biasanya ibu yang baru melahirkan membawa anak yang baru lahir ke imunisasi yang biasanya dari petugas kesehatan mengunjungi imunisasi supaya bayi baru lahir itu sehat, disuntik, ditimbang. Kalau kita tidak membawa anak bayi yang baru lahir ke imunisasi bisa-bisa anak itu sakit. Biasanya kalau tidak sehat setiap anak yang baru lahir selalu sakit-sakit karena mereka tidak membawa ke imunisasi.
Ketersediaan konseling dan pelayanan keluarga berencana berkualitas sangat diperlukan. Semua kita harus menjaga kesehatan itu penting bagi masyarakat lokal karena kesehatan itu untuk diri kita sendiri. Masyarakat harus sama-sama mendukung kesehatan ibu dan bayi yang baru lahir dan menerapkan sistem pelayanan kesehatan khususnya dengan kesehatan bayi baru lahir itu harus memenuhi nutrisi supaya anak itu sehat dan anak itu juga tidak bisa sakit karena dia mempunyai ibu yang menjaga kesehatannya.
Kita harus melibatkan ibu dalam menunjukkan masalah yang ada dan semua ibu yang melahirkan bayi bisa melaporkan masalah yang ditemukan itu. Ibu bayi harus segera ditolong saat tiba di fasilitas kesehatan. Pengetahuan keterampilan, sikap dan perilaku petugas harus memadai untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
Kehamilan dan bayi yang baru lahir yang berkesinambungan melalui penyuluhan terhadap masyarakat tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan perasaan dan nifas yang berkesinambungan melalui forum masyarakat penyusunan perencanaan. Misalnya perencanaan itu kita harus menjaga kesehatan pada saat hamil karena biasa bayi itu dalam kandungan ibu kalau kita tidak segera periksa bayi bisa meninggal dalam kandungan itu yang berbahaya pada kehamilan ibu.
Peningkatan kualitas pelayanan dan penanggung bayi baru lahir banyak anak bawa sakit karena awalnya mereka tidak bawa ke rumah sakit atau imunisasi. Kita harus membuat perencanaan-perencanaan yang lengkap dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Karena perencanaan itu harus lebih dahulu kita persiapan untuk bayi yang baru lahir. Saya menyiapkan bahan untuk pembayaran dan melakukan kewajiban sampai anak lahir ke dunia.
                                                            *ditulis oleh Helni Asso


Sub Tema: Kegiatan Posyandu
        Jika saya menjadi bupati Jayawijaya  saya akan mengalokasikan dana ke desa untuk pelayanan gizi di POSYANDU dengan cara  program  pokok –pokok pembangunan sebagaimana ditetapkan dalam dana operasional. Rencana strategis pembangunan  di  kampung dan kelurahan meliputi makanan,gizi,pendidikan,kesehatan. Saya mengalokasikan dana untuk masyarakat kampong dan  pengelolahan hutan berkelanjutan peningkatan ,dan aparat distrik kampung,  dalam bentuk makanan dan gizi,peningkatan  kesehatan dan pendidikan masyarakat . Peningkatan dan penyediaan sarana /prasarana kampung atau kelurahan karena kepercayaan penuh yang diberikan kepada masyarakat kampung untuk melaksanakan sendiri berbagai kegiatan yang mereka sepakati bersama. Rasa  bertanggungjawab yang besar dari hasil pekerjaan mereka dan sebagainya.
       Cita-cita saya bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama data - data dasar setiap kampung di Papua bisa tersedia dan dapat diakses kualitas dan ketersediaan makanan kualitas, kesehatan masyarakat.
         Tingkat pelayanan kesehatan dalam hal kualitas pendidikan dan tingkat pendidikan  masyarakat di  kampung perumaan ini harus dilakukan karena ini beberapa bayi dan anak-anak mengalami gizi buruk. Dibutuhkan pemberian makanan tambahan berupa air susu dari ibu yang telah melahirkan bayi dan anak  kurang mengkomsumsi makanan bergizi yang penting bagi kesehatan ibu dan anak .
      Proses pengambilan dana Respek didahului dengan seluruh masyarakat duduk bersama dan memutuskan bahwa dana tersebut akan dipergunakan untuk membuat gedung Posyandu. Masyarakat di kampung benuwan masi sangat membutukan sarana mandi, cuci, kakus, perumahan  yang masih perlu ditata secara baik. Kebersihan kampung diharapkan dapat ditingkatkan dari sekarang dan seterusnya.
Menurut masyarakat setempat bahwa penyakit paling sering derita oleh masyarakat adalah malaria, karena  perumahan yang berada di bahwa pepohonan. Fasilitas kesehatanyan  yang tersedia di kampung adalah Posyandu. Sekarang juga sedang dibangun Posyandu di kampung. Gedung ini kurang lebih 80 sudah selesai. Pembangunan   gedung Posyandu dikerjakan oleh masyarakat kampong.
            Sebagaimana telah dijelaskan pada poin di atas yang mengerjakan program  pembuatan posyandu adalah masyarakat, karena  masyarakat lainnya membutuhkan fasilitas lainnya.  Masyarakat juga sangat membutuhkan petugas kesehatan dari puskesmas, datang                                                                                                                                                                                                                                                         pelayanan ke kampung sesuai dengan jadwal secara teratur.
*Ditulis oleh Frengki Asso

Sub Tema: Kondisi lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat yang bersih dan sehat

Saya melihat bahwa dulunya itu lingkungsn rumah saya kotor buang sampah tidak pada tempatnya, dan jalan –jalan kecil penuh dengan rumput, becek dan buang luda pinang.puntun rokok sembarang.
Aku ingin lingkungan rumah saya harus bersih dan sehat.dan membuang sampah luda pinang,puntun rokok,pada tempat,sehingga lingkungan rumah saya terlihat indah dan berish ketika dilihat orang yang ada di sekitar lingkunaganku.
Sejak saya masuk swekolah di bangku SMA Negeri 1 Wamena, kondisi halaman sekolah yang saya lihat sejak kepala sekolah lama lingkungan sekolah sangat kotor tidak ada tata tertib,tidak punya disiplin waktu.tidak belajar dengan baik,dan membuang sampah tidak pada tempatnya.
Aku ingin sekolah saya menjadi sekolah yang unggul dan bersih dari sekolah-sekolah lain ada di sekota Wamena, sehingga selama ini yang saya pikirkan dan doakan tetapi Tuhan sudah kabulkan apa yang selama ini saya cita-citakan ada akahirnya ada pergantiaan kepala sekolah baru  yang bisa mengubah semua tata tertib yang selama ini tidak aktif.sehingga sekarang sekolah saya menjadi bersih dan belajar dngan tertib dan buang sampah pada tempatnaya.sudah ada disiplin waktu yang baik.
Saya melihat bahwa masalah yang terjadi di masyarakat atau didesa saya yaitu desa Hitugi kabupaten Yahukimo,dulunya masyarakat hidup tergantung kepada kepala kampong /kepala desa itu sendiri kegiatan yang dilaksakan semata-mata kerja dengan suatu unsur paksaan dan tidak ada kekompakan pada masyarakat satempat dan halaman tidak bersih,dan jembatan-jembatan kecil banyak yang rusak. Masyrakat sibuk dengan pekerjaan sendiri seperti tani yaitu kerja kebun setiap hari.keluarga bisa hidup baik.
Aku ingin perimerintah memberikan pemahaman yang baik.atau sosialisai tentang kerja sama yang baik /gotong royong sehingga ada kekompakan.kepada setiap kepala-kepala kampung,agar mereka mengerakkan kepada masyrakat tetapi akhirnya impian saya terwujud juga melalui pemerinta lewat Dana Respek sehingga sekarang mayarakat dikampung saya sudah semakin semangat karena adanya dana respek membawa dampak yang positif ,yaitu dalam hal pembangun rumah,jalan-jalan raya  air bersih,membantu ekonomi lemah, biaya pendidikan bagi anak-anak sekolah yang sudah studi akhir.maka semakin semangat masyarakat untuk kerja sama yang baik dan menjaga kebersihan lingkungan secara bersama-sama agar dari desa-desa lain bisa melihat contoh dari kampung saya.itulah impian saya saya sebagai anak belajar SMU Negeri Kelas 1 apabilah terjadi kesalahan dalam lombah menulis ini dengan setiap kalimat saya mohon maaf
*ditulis oleh Merlina Sekenyap

Sub Tema: Kondisi lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat yang bersih dan sehat
Puji dan syukur kepada Tuhan oleh karena anugerah Tuhan, sehingga penulis sanggup menyusun kata-kata dengan baik.                                                  
         Kondisi lingkungan rumah aku banyak sekali  pohon –pohon , buah –buahan  dan juga  aku  senang  sekali  makan  hipere  dengan  daun  hipere. Aku  tidak  pernah  makan  makanan yang  sehat  seperti 4  sehat  dan  5  sempurna. Kondisi di kampungku sekarang   masyarakat  tidak  menjaga   lingkungan  akhirnya  di kampungku  selalu  longsor  terus, masyarakat tidak  bisa  menyebrang  ke sebelah  karena  longsor  parah.
Jadi jika aku menjadi Bupatiatau DPR aku akan melihat kondisi/keadaan di kampungku karena di kampungku selalu makan hipere dengan daun hipere saja. Aku akan membantu beras setiap bulan dengan demikian juga aku akan membuat jembatan panjang supaya masyarakat semuanya bebas ke sana kemari dan juga kondisi masyrakat sehat dan bersih.
Terimakasih atas perhatiannya kiranya Tuhan , amin.
*ditulis oleh Orina Siep

Sub Tema: Kondisi lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat yang bersih dan sehat

Jika saya menjadi kepala keluarga saya ingin membuat atau membangun salah satu rumah untuk tinggal dengan keluarga saya. Dan saya ingin kondisi lingkungan rumah bersih maka kelak kita-kiat yang saya lakukan untuk memeliharanya adalah:
-        Menyapu dalam rumah maupun di halaman setiap hari
-        Mengepel lantai setiap hari
-        Membuang sampah pada tempatnya
-        Mencuci alat-alat dapur harus memakai air sabun
-        Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
-        Dan lain-lain
Adapun akibatnya jika saya tidak memperhatikan kondisi lingkungan di rumah saya adalah:
-        Hidup tidak sehat
-        Keadaan dalam rumah maupun halamannya terlihat kotor
-        Dapat menyebabkan berbagai penyakit
-        Orang-orang tidak senang mengunjunginya
-        Binatang-binatang yang saya pelihara tidak sehat
-        Oksigen (O2) yang kita hirup berbau
-        Dan lain-lain
Itulah harapan saya yang saat ini saya pikirkan untuk masa depan saya. Dan hal-hal tersebut sudah menjadi suatu tekad yang kuat dan buat untuk melakukannya.
Akhirnya saya sebagai anak bangsa yang punya masa depan yang cerah, saya akan mengisi kemerdekaan ini dengan dimulai dari diri saya, keluarga saya dan di masyarakat maka akan tercipta negara yang bersih, indah, nyaman, damai, aman dan sejahtera. Biarlah dunia tahu bahwa bangsaku bukan manusianya saja yang beradab, akan tetapi negaraku juga kaya akan budaya dan kaya akan keindahan alamnya.                                                                                                                                        
Maka saya panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Esa karena atas anugerahnya saya dapat hidup di bumi ini.
*ditulis oleh Ronny Wamu

Sub Tema: Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi
Waktu dulu orang tua kami di kampung itu salah menyusui anak. Salahnya adalah bayi yang baru dilahirkan, ibunya tidak menyusui bayi dengan air susu yang keluar pertama kali. Mereka bilang air susu yang pertama itu kotor dan juga sebenarnya bayi itu makan harus di atas 6 bulan tetapi orang tua kami juga kasih makan bayi di bawah 6 bulan akhirnya anak tidak sehat dan selalu sakit-sakitan.
Kalau Tuhan kehendaki atau suatu saat saya menjadi orang yang berguna atau menteri, saya ingin ajari orang tua atau teman yang belum tau tentang memberikan Air Susu Ibu yang benar, supaya kami punya orang tua atau masyarakat di kampung boleh menyusui anak dengan baik dan anak itu bertumbuh dengan baik dan sehat dari kecil sampai dewasanya.
Tapi kalau saya menjadi seorang ibu dan akan punya anak atau bayi, saya ingin menyusui bayi dengan baik supaya bertumbuh atau besar dengan sehat-sehat. Saya ingin memberikan makanan di atas 6 bulan kalau di bawah 6 bulan itu salah memberikan makanan. Jadi saya ingin punya anak sehat-sehat, tidak mau kalau anak saya sakit terus. Saya juga ingin memberikan Air Susu ibu (ASI) yang benar dan memberikan makanan yang benar kepada anak atau bayi saya. Akhir kata Tuhan memberkati.

*ditulis oleh Sunem Siep
Sub Tema: Kegiatan Posyandu

Masyarakat saya tidak sehat karena pengaruh lingkungan dan tidak memakan makanan dengan gizi, ibu, anak, dan bayi selalu makan ubi sehingga tidak sehat dan perkembangannya semakin lambat.
Kalau saya selesai sekolah cita-cita saya harus menjadi camat untuk masa depan. Jika saya menjadi camat, saya akan mengalokasikan dana camat untuk pelayanan
Gizi  Ibu, Anak, dan bay. Sekarang kesehatan ibu, anak, dan bayi sangat kurang dan tidak sehat, karena pengaruh lingkungan dan selalu makan petatas tidak makan makanan campuran. Inilah ibu, anak, dan bayi generasi penerus, maka saya sebagai camat saya akan mengalokasikan dana camat untuk pelayanan gizi ibu, anak dan bayi. Dalam satu bulan empat kali mengalokasikan dana untuk pelayanan gizi. Sekian dan terimakasih.
   
*ditulis oleh Perkelaus Siep


Sub Tema: Kondisi lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat yang bersih dan sehat

        Jikalau saya jadi bupati saya akan melakukan tugas  dan tangung jawab   saya  dengan baik supaya masyarakat senang. Saya juga harus membuktikan bawa ilmu yang saya terima dari bapak ibu guru ingin saya buktikan pada saat saya jadi bupati kabupaten Jayawijaya supaya masyarakat dapat puas dan dapat mengerti. Saya akan melakukan pembangunan lebih aktif dan baik supaya kabupaten-kabupaten lain bisa menilai bahwa kota ini memang luar biasa dan mereka juga bisa membawa pulang kesaksian kami dengan baik dan benar.
       Contoh nyata yang ingin saya lakukan pendidikan gratis, beras otsus dijalankan, rumah sakit gratis, desa-desa diaktifkan dan lain lain. Itulah yang saya simpan untuk membuktikan pada saat saya jadi bupati kabupaten Jayawijaya dan saya janji kalau Tuhan kehendaki saya jadi bupati saya akan turuti apa ang di susun di kertas yang sederhana ini. Terimakasih semoga penyampaian saya ini dapat berhasil dan Tuhan Yesus memberkati kita semua Amin.
*ditulis oleh Serianus Lokobal

SUB TEMA:  Kegiatan posyandu

Jika saya menjadi bupati saya akan mengalokasikan dana bupati untuk pelayanan gizi di posyandu dengan cara menjalankan yang evektif dan sesuai dengan keinginan ibu dan anak di Indonesia, melayani imunisasi di posyandu secara geratis, melayani imunisasi dua kali dalam sebulan . Jika seorang ibu dan anak sakit bisa pergi pada saat Imunisasi di posyandu supaya kesehatan ibu dan anak sehat.
Dan bisa melaksenakan aktifitas ibu dan anak, maka seorang anak tersebut bisa sekolah dengan baik,
Dan seorang ibu tersebut bisa mencari jalan keluar membiayai anaknya.
Jika saya menjadi bupati tidak menjalankan imunisasi secara geratis. Kehidupan ibu dan anak tersebut kesehatan akan kurang bagus
Jika saya menjadi bupati menjalankan imunisasi secara gratis supaya  ibu dan anak juga sehat .
*ditulis oleh Verix Hisage

Wednesday 31 October 2012

Tips Menarik Untuk Sehat dan Bersih


Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk mandi?

Satu menit? Lima menit? Atau malah sampai satu jam?
  • Mandilah sepuasnya sampai kamu merasa bersih
  • Pastikan semua badan sudah digosok dengan bersih
  • Pastikan air yang dipakai juga bersih
  • Keringkan badan dengan handuk yang bersih dan kering

Berapa lamakah waktu sikat gigi supaya gigi menjadi bersih?
  •  Sikatlah gigi 2 kali dalam sehari (pagi setelah makan dan malam sebelum tidur)
  •  Lamanya cukup 2- hingga 4 menit
  • Sikat semua bagian gigi, bagian depan, samping, dalam, atas
  • Kumurlah dengan air bersih
  • Ganti sikat gigi setelah 2 bulan dipakai

Bagaimana membersihkan telinga dengan baik?
  •  Setiap mandi usap/gosok dengan menggunakan tangan
  •  Jangan korek telinga dengan benda tajam, keras dan kotor
  •  Bersihkan telinga seperlunya dengan korek kapas dan tidak dianjurkan terlalu sering
  • Apabila diperlukan lakukan terapi lilin 1 bulan sekali untuk membersihkan ruang dalam telinga

Bagaimana membersihkan tangan dengan baik?
  •  Cuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan memakai sabun dan air bersih
  • Lakukan gerakan cuci tangan yang berurutan, mulai dengan membasahii tangan, taruh sabun di telapak tangan, gosok telapak tangan, sela-sela jari, permukaan tangan, kuku hingga pergelangan tangan, kemudian bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.
  •  Lap tangan dengan handuk, tissu atau dengan cara menangin-anginkan tangan yang basah
     
Bagaimana menjaga kebersihan kuku?
  • Guntinglah kuku secara teratur dan tidak membiarkannya tumbuh hingga memanjang
  •  Pakailah gunting kuku pribadi yang bersih dan bukan milik orang lain
  • Jangan menggunakan silet atau benda tajam lainnya karena bisa melukai kulit.
  •  Apabila kamu penggemar cat kuku, bebaskan kukumu pada hari ketiga setelah pemakaian. Ini membantu kesehatan kuku kamu

      Bagaimana menjaga kebersihan pakaian? 
  •  Gantilah pakaian yang sudah bau dan kotor dengan yang bersih
  •  Gantilah pakaian dalam 2 kali dalam sehari
  • Langsung pakaian dalam yang kotor dengan sabun dan air bersih
  •  Pakailah pakaian dalam khususnya celana dalam yang kering bukan yang basah atau lembab

Bagaimana membersihkan alat kelamin?

*Untuk Perempuan
  •  Bersihkan vagina saat mandi dengan sabun dan air bersih hingga ke sela-sela mulut vagina
  • Siram vagina dengan air bersih dari depan ke belakang setelah buang air kecil
  •  Lap dengan tisu atau handuk kering
  •  Saat kamu menstruasi, ganti pembalut setiap 4 jam sekali jangan tunggu sampai penuh

*Untuk Laki-laki
  • Bersihkan penis saat mandi dengan menggunakan sabun dan air bersih
  • Buka kulup penis supaya kotoran yang di dalam bisa keluar
  • Selalu siram penis dengan air bersih setelah kencing
  • Lap penis dengan tisu atau handuk kering


Bagaimana menjaga kebersihan anus?
  •  Bersihkan anus setelah buang air  besar dengan air bersih atau tissu
  • Siram anus dengan air dari depan ke belakang untuk menghindari bekas kotoran masuk ke dalam vagina atau penis
  • Lap anus dengan tisu atau handuk kering
  • Cuci tangan dengan sabun setiap selesai buang air besar


Kebersihan Tubuh & Alat Reproduksi


Apa yang dimaksud dengan tubuh?

Seluruh badan dari ujung kepala sampai ujung kaki yang merupakan ciptaan Tuhan yang sangat mulia. Setiap manusia harus menjaga tubuh agar tetap sehat dan kuat. Pasti istilah “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat” sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sehat yang bagaimanakah yang dimaksud? apakah sehat dalam tampilan fisik semata?Pastinya tidak ya!

Apa pula itu alat reproduksi?
Bagian tubuh yang dikhususkan untuk tempat melakukan proses menghasilkan keturunan. Untuk perempuan disebut vagina dan untuk laki-laki disebut penis. Saya berharap anda tidak merasa geli dengan membaca nama tersebut, karena pada dasarnya semua organ tubuh kita memiliki nama dan sebutan. Alat reproduksi adalah juga ciptaan Tuhan dan bukan untuk dipermainkan melainkan harus dirawat dengan baik seperti halnya anda merawat bagian tubuh yang lain.

Apa saja bagian tubuh yang perlu dirawat dan dibersihkan?
Tubuh bagian luar di antaranya rambut, wajah, kulit, tangan, jari, kuku, ketiak leher dan kaki sedangkan tubuh bagian dalam di antaranya telinga, mulut, hidung, alat kelamin dan anus

Bagaimanakah cara mudah untuk membersihkan tubuh & alat reproduksi?
  • Harus mandi teratur
  • Harus Sikat gigi teratur
  • Pakai sabun dan air bersih
  • Gunting kuku
  • Ganti pakaian dengan teratur
  • Perhatikan alat kelamin
  • Bersihkan kamar pribadi
Tentunya cara-cara di atas akan kita bahas secara detail-satu persatu di sesi selanjutnya.

Semangat berbagi :)

Tulisan Pertama di Lembah Baliem, Papua

PENGARUH ISU GENDER TERHADAP ASPEK KEHIDUPAN MASYARAKAT PEDALAMAN PEGUNUNGAN JAYAWIJAYA

 1. PENDAHULUAN
Permasalahan perempuan memang sangat menarik untuk dibicarakan dan menimbulkan begitu banyak perbedaan pandangan dan penilaian dalam diri individu. Berbicara mengenai perempuan akan mengundang banyak simpati dan  juga kontroversi.  Melihat permasalahan perempuan ini, sebagian besar orang masih menggunakan kacamata subjektif. Perempuan memandang permasalahan kaumnya dari sudut pandang perempuan maupun laki-laki masih memandang perempuan dari kepentingan masing-masing. Permasalahan perempuan akan tetap mengambang dan tidak terselesaikan, oleh karena itu dibutuhkan defenisi mengenai perempuan yang tidak berdasarkan pemikiran subjektif.
Tak dapat dipungkiri bahwa dalam kenyataannya kaum perempuan memang menghadapi permasalahan. Kondisi peran gender di pedalaman pegunungan Jayawijaya pada saat ini kurang seimbang. Perempuan mempunyai peran yang cukup penting dalam kehidupan keluarga terutama peran reproduktif dan produktif. Perempuan menjadi tumpuan pencarian nafkah keluarga, dan akibatnya adalah beban kerja yang harus dipikulnya menjadi sangat berat dan kurang memiliki kesempatan untuk mengikuti kegiatan di luar rumah.
Dalam pengamatan penulis selama melakukan magang selama kurang lebih 4 bulan bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) di daerah Kurima, terdapat banyak permasalahan ketimpangan dan ketidaksetaraan gender yang dialami perempuan yang berdampak pada permasalahan lain dalam kehidupannya. Kaum perempuan di pedalaman menjadi pihak yang tersubordinasi dan menjadi kaum yang tertindas haknya. Sebagai perempuan yang hidup dalam sistem adat, perempuan di pedalaman harus pasrah, tabah, dan sabar terhadap setiap situasi di dalam keluarga, termasuk menerima semua bentuk kekerasan dan kekejaman suami terhadap istri dan anak-anak di dalam keluarga.
Sikap tersebut di atas dinilai adat sebagai sikap perempuan yang beretika, tahu diri, sopan, menghormati adat, membawa rejeki, dan melahirkan keturunan yang beruntung. Sikap pasrah dan menerima masih mendominasi hampir sebagian besar perempuan pedalaman, termasuk mereka yang sudah berpendidikan tinggi. Walaupun perempuan tersebut seorang pejabat, tetapi di rumah dia masih harus rela menerima perlakuan
kasar suami dan menghormati suami seperti perempuan tradisional lain.
Hampir semua perempuan di daerah Kurima memiliki perasaan "wajib" menerima kekerasan dari suami dan keluarga suami. Sikap tersebut diturunkan dari generasi ke generasi melalui sosialisasi ibu kepada anak perempuannya. Saat anak perempuan kecil ibu sudah mengajarkan bagaimana bersikap sopan terhadap saudara laki-laki dan menjelang dewasa anak perempuan diberi pengertian mengenai sikap sopan terhadap suami. Tetapi anak laki-laki jarang diajarkan sikap sopan terhadap perempuan di rumah.
Banyak juga ditemukan dalam masyarakat bahwa perempuan tidak dilibatkan dalam musyawarah yang membicarakan permasalahan penting kecuali perempuan tersebut memiliki kedudukan, istri kepala suku atau keturunan terhormat dari nenek moyangnya. Perempuan biasanya hadir untuk mempersiapkan tempat, makanan, bernyanyi, menjadi pendengar saja dan mendukung keputusan yang dihasilkan pada saat musyawarah. Kasus lain yang banyak terjadi adalah kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami terhadap istri. Kebanyakan kekerasan yang dialami oleh perempuan tersebut dilakukan dengan dalih bahwa perempuan sudah dibeli dengan mahar wam (babi) yang banyak sehingga suami merasa berhak untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap istrinya dan dari pihak perempuan berpikir bahwa seluruh diri, jiwa raganya harus dibaktikan untuk melayani seluruh kebutuhan suami, termasuk anggota keluarga suami. Kasus kekerasan lainnya terjadi juga  terhadap istri-istri korban poligami. Suami sebagai pelaku poligami akan dengan mudah melakukan tindakan kekerasan terhadap istri-istrinya karena di dalam dirinya tertanam sikap sombong dan berkuasa karena mampu memiliki istri lebih dari satu.
Namun di sisi lain akibat perubahan yang ada dan struktur nilai yang masih dipertahankan masyarakat, laki-laki di daerah pedalaman kehilangan sebagian besar perannya. Peran reproduktif dan produktif laki-laki sangat kurang, laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu luangnya di kota, berceritera atau beristirahat dan mengurus perkara di kantor desa. Pola pikir laki-laki menganggap bahwa nasib perempuan yang selalu tertindas sejak dulu hingga sekarang dan menurut sebagian laki-laki hal tersebut tidak merupakan suatu permasalahan yang tidak akan terselesaikan.
Kondisi peran gender yang kurang seimbang tersebut membawa pengaruh terhadap timbulnya persoalan-persoalan lain dalam kehidupan masyarakat, seperti masalah kesehatan dan gizi ibu dan anak-anak yang buruk, masalah rendahnya pendapatan dan kondisi ekonomi masyarakat, masalah pendidikan bagi kaum perempuan dan anak-anak, masalah konflik dalam kehidupan keluarga maupun dalam masyarakat dan lain-lain. Dan lebih lanjut hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kurangnya mutu kehidupan masyarakat, sehingga dibutuhkan pandangan yang jernih untuk menganalisis bagaimana permasalahan itu muncul dan bagaimana cara memecahkannya secara tuntas. Oleh karena itu penulis sebagai peserta magang yang sudah melakukan pengamatan pedalaman di daerah pelayanan ADP Kurima yang tertarik dengan kehidupan perempuan dan anak-anak akan mencoba menelusuri permasalahan perempuan tersebut untuk dapat menemukan pangkal permasalahan dan alternatif pemecahan permasalahan dan program untuk mengangkat perempuan dan anak ke tingkat yang lebih baik.

2.MEREKA TERTINDAS DI BALIK KETEGARANNYA

Perempuan hamil, melahirkan dan menyusui, laki-laki bekerja menggunakan ototnya, merupakan pembagian peranan yang ditentukan berdasarkan keadaan biologis seseorang. Sedangkan perempuan memasak, mencari air atau kayu bakar dan laki-laki menentukan kapan babi dipotong atau berunding menentukan tempatnya tidak ada kaitannya dengan jenis kelamin, tetapi ditentukan secara sosial. Pembagian tugas dan peran demikian adalah pembagian tugas berdasarkan gender.
Gender adalah sekumpulan nilai-nilai atau ketentuan yang membedakan identitas sosial laki-laki dan perempuan serta apa yang harus dilakukan oleh perempuan dan apa yang harus dilakukan oleh laki-laki dalam hal ekonomi, politik, sosial dan budaya baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam masyarakat. Oleh karena itu gender merupakan rekayasa sosial atau dibentuk secara sosial oleh masyarakat. Gender adalah pembedaan sosial antara laki-laki dan perempuan.
Nilai-nilai dan ketentuan gender di atas bisa berbeda-beda berdasarkan pada kelas/kelompok sosial yang berbeda, misalnya ketentuan gender pada kelompok kaya aka