Tuesday 6 September 2016

Lettre au père/Surat untuk ayah *Franz Kafka


Affichage de IMG_6462.JPG en cours...
Sepenggal rangkuman setelah menyelesaikan karya Kafka "surat untuk ayah" dalam bahasa perancis "lettre au père". Saya akui tidak mudah masuk dalam derasnya protes Kafka terhadap ayahnya, apalagi saya membacanya dalam bahasa perancis yang bukan bahasa ibu saya. Hal yang paling menarik keinginan saya untuk membaca karya ini adalah judulnya, persis seperti judul surat yang saya tulis beberapa bulan lalu kepada ayah saya, surat berisi perasaan saya yang sebenarnya. Surat Kafka tentunya jauh lebih dalam dan penuh refleksi. Satu hal yang saya temukan dan setuju dengan tindakan Kafka yakni pemikiran bahwa menulis membantu seseorang untuk memperoleh hidup yang lebih bahagia. Saya masih terus belajar konsisten dengan hal ini.
Berikut rangkuman yang bisa saya buat dalam bahasa perancis :)
Nb: ga sabar membaca buku ini dalam versi bahasa indonesia terjemahan mas Sigit Susanto:)

Ce livre montre un homme introverti, mais qui s’exprime beaucoup à travers son écriture, un homme qui a peur du personnage de son père, mais qui a le courage de lui exprimer ses vrais sentiments. Kafka a vécu une vie malheureuse depuis son enfance. Il reste comme un enfant muet, obéissant à l’extérieur, mais il réagit en rebelle à l’intérieur. Cet auteur explique également que son père, qui est juif, n’a aucune connaissance par rapport aux croyances. Il le voit comme un homme hypocrite, brusque, de fort tempérament, dominant, et qui n’écoute jamais les autres personnes. Ces mauvaises expériences sapent sa confiance psychiquement et psychologiquement. Il a décidé de se marier pour s’échapper de la situation dans laquelle se trouve sa famille mais il n’a jamais réussi. Pour remplir ce vide dans sa vie bien sûr il continue à écrire ses sentiments parce que cela l’aide beaucoup pour mieux vivre. 






Wednesday 1 June 2016

Heii aku bukan objek, apalagi boneka!

Situasi 1:
Ih, kamu lucu banget sihhh, gemes dehh ihhh...hidungmu mancung banget kayak orang bule, kulitnya putih lagi, trus rambutnya lurus. Kok ga ada mirip-miripnya sih sama mama-papanya?Dulu mamamu ngidamin Nicolas Saputra ya?Atau Brad Pitt? Ih pasti besarnya kayak Dian Sastro deh!!Aduh mau dong besanan ama ortu kamu. Ihhh pengen gigitin deh, ga puas klo cuman nyium.blablablabla..
Situasi 2:
Ehh kamu kok pesek sih, padahal mama-papamu mancung!heran deh, rambutmu kok keriting sih?Kebanyakan makan mie rebus nih mamamu, ntar kalo gede dibonding ya. Mana kulitnya item lagi, aduhh ini emaknya pasti doyan nonton film india pas hamilnya. Ato kebanyakan kena panas dulu jadi gosong gini deh anaknya. Gak apa-apa deh rajin maskeran sama suntik vitamin ntar bisa putihan kok.
Situasi 3:
Ih anak kamu ganteng banget sih?Bener deh ga salah pilih, perbaikan keturunan banget. Bapaknya bule sih jadi anakmu mancung, matanya biru, hijau, kuning, merah vampir kaliii yeee. Rambutnya juga agak pirang gitu, ih dia ga ada mirip-miripnya sama kamu!Ntar bisa jadi artis lho kalo udah di Indonesia. Kamu dikirain pembantunya kali ya?ihhh, cocokan jadi anakku kali ya?Sini nak tak umel-umel...buntel-buntelll (emangnya bantal)? 
Situasi 4:
Eh bukannya kamu kawin sama bule ya, kok anakmu ga mancung sih?Kok matanya ga hijau, biru, abu-abu? Kebanyakan gen kamu kali ya?kasian anakmu, ga kebagian gen bapaknya. Kamu kurang jos kali pas bikinnya?Gak apa-apa lah ya biar ga dikirain pembantunya kalo pas jalan bareng. Lagian ntar dia bisa nikah sama bule juga, pasti bisa perbaiki keturunan lagi.
Dan banyak lagi situasi-situasi lain yang hanya fokus membicarakan anak sebagai objek dengan membahas fisik dan gennya. Ini fakta lho saudara-saudara. Apah???kalian anggap ini biasa??Aku berlebihan??Iya sih aku berlebihan emosi saat ini saat menuliskan isi pikiranku. Aku berlebihan ilmu dan hati kepada anak-anak yang kalian jadikan objek itu. Sekali lagi ini fakta yang ngga bisa kalian pungkiri. Dan buatku ini satu kesakitan mental dari sebagian besar masyarakat kita. Mentalnya hanya sepanjang ukuran hidung anak yang dia perbincangkan, sekosong warna kulit yang dia idam-idamkan, dan selicin rambut lurus yang dia agung-agungkan.
Anak kamu terlahir sebagai manusia bukan sebagai benda, objek, apalagi boneka yang bisa kamu gemes-gemesin karena dia lucu, cantik, kecil tak berdaya. Anak kamu adalah hasil pertemuan sperma dan sel telur milik kalian yang kalian muncratkan saat birahi melanda. Anak kamu adalah manusia yang masih kecil sama seperti kamu di masa lalu. Anak kamu hidup dan nyata di depan matamu, dia tidak hidup dalam imajinasimu. Anak kamu adalah bagian dari seluruh anak-anak di dunia yang luas ini. Tatap dia tanpa membayangkan wajah Brad Pitt atau Dian Sastro. Tatap dia dengan mata hatimu, bagaimanapun bentuk hidungnya, warna kulitnya, tekstur rambutnya. Tatap dia dengan rasa syukurmu bahwa kamu sudah begitu hebatnya menciptakan dia hanya dengan modal sperma dan sel telur. Bukankah dia begitu indah? Indah tanpa harus membuat standar dalam otakmu.Belajarlah menghargai dia sebagai manusia seperti dirimu sendiri.


Monday 30 May 2016

Darah rendah yang bikin galau

Dag...dig..dug...serrrrrr, makin kencang dan aku mulai bergetar. Segera kuarahkan kursor ke mesin pencari di google: jantung berdebar setelah minum kopi. Baca..baca...eh ternyata benar sekali jantungku bergetar karena pagi ini aku minum secangkir kopi.
Akhir-akhir ini darah rendahku sering kambuh, entah itu pas bangun tidur, sewaktu bekerja, setelah berolah raga, pas datang bulan, pokoknya kapan saja dia mau mampir ngga kira-kira waktunya. Bulan lalu saat darah rendahku kambuh di jam bekerja, kala itu sore hari, 2 jam sebelum masa kerjaku selesai, aku mencoba bertahan dengan prinsip tidak terlalu banyak bergerak. Bisakah anda bayangkan bekerja dengan anak dengan cara tidak banyak bergerak? Aku tetap komunikasikan kepada rekan kerja bahwa darah rendahku kambuh namun aku mau bertahan hingga jam kerja selesai karena tidak ingin membiarkan dia bekerja sendiri dengan dua grup anak. Diapun berterimakasih karena usahaku untuk bertahan beberapa jam. Kala itu dia menyarankanku untuk minum kopi untuk sekedar menaikkan tekanan darah. Akupun menimpali bahwa aku bukan peminum kopi. Dia bersaksi bahwa dulu dia bukan peminum kopi namun karena tekanan darahnya yang sangat rendah juga, akhirnya dia selalu minum kopi minimal satu cangkir per hari dan masalah darah rendahnya sudah jarang muncul.
Sore itu sepulang kerja aku mulai mencari-cari sesuatu di rak dapur, seingatku kami pernah beli satu bungkus besar bubuk kopi untuk tamu kami bulan september tahun lalu. Sore itu juga aku sedikit deg degan meracik kopi pertama kalinya di usia dewasaku. Jujur minum kopi sangat tidak biasa bagiku, karena alasan kesehatan tubuh saya tidak mengkonsumsi minuman ini. Nah kali ini dengan alasan untuk menaikkan tekanan darah, aku harus minum kopi nan harum ini. Slurrpppp, aihh pahit. Aku agak terkejut dengan rasa kopi yang pahit, kutambahkan gula putih di dalamnya, kukocok dan kuminum hingga cangkir kosong. Dengan harapan darah rendahku sedikit terobati. Benar juga sore itu aku hanya duduk tenang di sofa sambil menunggu suami pulang kerja. Aku bercerita kisah hari ini hingga akhirnya aku merasakan tekanan darahku semakin naik. Kopi kali ini tidak mendebarkan jantungku.
Sejak saat itu aku bertanya-tanya dalam hati, apakah aku harus mengkonsumsi kopi setiap kali darah rendah menyerang tubuhku?Bagaimana bila aku menjadi candu kopi?Sedangkan kafein yang ada dalam kopi sebenarnya tidak baik bagi kesehatan. Itu sangat jelas teorinya. Akupun berdiskusi dengan kakakku di Indonesia, dia menyarankan minum jus wortel ungu sebagai pemicu tekanan darah. Sedagkang seingatku, tahun lalu aku konsultasi ke dokter keluarga kami, mengenai masalah tekanan darahku, dia menyatakan tidak ada obat yang disarakan untuk meniakkan tekanan darah. Hanya saja bisa diakali dengan sering makan makanan asin. Aih sedangkan aku anti dengan makanan asin, rasanya mual dan tidak selera makan apabila makanan terlalu asin. Serba salahhhh tubuh ini.
Kemarin, sepanjang hari aku terbaring di tempat tidur karena tamu bulanan yang membuat tubuhku lemah dan sakit di perut sangat menyiksa. Pagi ini aku dibangunkan oleh weker seperti biasa, hari senin aku bangun pukul 7.30 dan aku bangkit dari tempat tidur dan terjatuh. ohhhh tidak, darah rendahku kambuh lagi. Aku bingung harus melakukan apa. segera kupanaskan air dan menyiapkan secankir kopi. Yah, hanya kopi yang bisa membantuku di saat darurat seperti ini. Wortel ungun yang sudah dibeli oleh Patrick masih tersimpan di kulkas, aku pikir malam ini aku harus mengkonsumsinya. Setelah minum kopi aku melahap roti selai kacangku dengan harapan aku baik-baik saja. Namun semua yang ada di hadapanku serasa berputar, ya..mereka terlihar kabur dan berputar. Aku sangat yakin bahwa aku tidak bisa bekerja dengan keadaan seperti ini. Aku mencari daftar guru pengganti dan mencoba menghubungi mereka. Satu guru pengganti berhasil kuhubungi namun dia tidak bisa menggantikanku pagi ini dengan alasan sibuk. Mati akuuu, pikirku!!Kucoba guru lain, dia tidak angkat telepon. Sambil melahap rotiku, aku coba berspekulasi, kalau memang aku tidak menemukan guru pengganti, aku terpaksa harus berangkat kerja. 
Jam 8.00 tepat, HPku berbunyi. Kutelepon balik si penelepon dan puji Tuhan, dia bisa menggantikan aku bekerja pagi ini. Selalu ada jalan, syukurku. Akupun menghubungi direktur dan rekan kerjaku memberitahu bahwa keadaanku tidak memungkinkan untuk bekerja. Semua harus diatur jelas dan dikomunikasikan. Urusan selesai. ahhhhh, tunggu dulu, belum beres. Sekarang urusan jantung berdebar menjadi masalah baru hari ini. Bagaimana caranya supaya jantungku tidak berdebar-debar kencang? Ditambah lagi ketek yang tidak berhenti mencucurkan air mewangi semerbak ini?Jelas aku bingung!! Sejauh artikel yang kubaca, memang kadar kafein dalam kopi mengakibatkan jantung berdebar, apalagi bagi orang yang tidak biasa memkonsumsinya. Tubuhku masih bergetar, air ketek mengalir makin deras, semangat menulisku masih menggebu-gebu. Di atas tempat tidur ini, aku tidak bisa bergerak banyak selain menghentakkan jari jemariku di atas papan ketik benda elektronik persegi panjang di pangkuanku. Harapanku, jantungku masih berdebar namun tolonglah ga usah kencang-kencang ya.

Salam dag dig dug serrrr dari kota Lausanne, Swiss
penghujung bulan mei nan sendu 2016

Sunday 29 May 2016

Buku adalah penyejuk jiwaku


Sudahkah anda membuka buku hari ini?Berapa lama anda bertahan membaca atau melihatnya?Apa perasaan yang muncul setelah anda menutup halaman buku tersebut?
Buku tidak hanya sekedar kertas yang ditumpuk, dilem, ditempel menjadi satu, juga tidak hanya benda persegi panjang yang dipenuhi oleh tinta hitam, gambar berwarna warni dengan penuh imaji. Buku adalah wujud dari segala imajinasi, impian, cita-cita, harapan, pengalaman, kehidupan, sejarah dan berbagai unsur lain dalam hati penciptanya yang dituangkan dengan segala cinta, rasa, kasih, harapan, sukacita, emosi yang dimilikinya. Pembaca adalah subjek yang berhak bersyukur atas segala persembahan itu. Salah satu cara mensyukurinya adalah dengan membiasakan membaca buku paling tidak satu halaman per hari. Bacalah buku yang mempresentasikan kehidupan sehari-harimu. Buku yang memuaskan jiwa dan ragamu. Buku yang membuatmu tersenyum saat tersenyum itu adalah hal yang paling sulit kamu lakukan saat ini. Mungkin juga buku yang membuatmu menangis saat hatimu semakin tertutup rapat akan masalah kemanusiaan saat ini. Yah, paling tidak tubuhmu masih bereaksi setelah membaca salah satu halamannya. 
Kenapa sih aku terkesan menggurui, memaksa, menghakimi, menasihati atau mungkin menghina lewat kalimat-kalimat di atas? Siapalah aku ini yang memaksamu untuk melakukan hal yang mungkin kamu tidak suka?Aku hanyalah seorang perempuan biasa yang berhati keras melawan ketidakadilan namun lembut bagi persoalan kemanusiaan. Aku hanyalah perempuan yang terlahir dalam lingkup kemiskinan namun kaya akan harapan untuk maju. Aku terlahir di tepi danau toba tepatnya di desa Bage, Sumatera Utara yang kini hidup di tepi danau Jenewa, Swiss. 
Sejak pindah ke negara ini aku menjadi semakin gregetan karena setiap hari melihat di angkutan umum, orang-orang menyempatkan membaca buku kecilnya (Oh ya di sini ada istilah buku kantong karena ukurannya lebih kecil dari buku biasa). Perpustakaan negara, provinsi, kampus, anak semuanya memperbolehkan masyarakat menjadi anggota secara gratis. Artinya gratis meminjam buku bahkan hingga jumlah 30 buku sekali pinjam dalam jangka satu bulan dan setelah itu kamu bisa perpanjang lagi hingga dua kali dari masa peminjaman berakhir. Apa ini tidak menyenangkan? Mungkin tidak bagi orang yang belum bisa berbahasa perancis, namun tidak jarang juga buku berbahasa inggris ditemukan di perpustakaan umum di sini. Tidak hanya untuk orang dewasa yang sudah bisa membaca, perpustakaan di negara ini juga ramah bagi anak-anak dari usia dini hingga anak-anak remaja. Segala jenis buku bisa kamu temukan di sepanjang rak dan lorong perpustakaan.
Dari pengamatan saya sehari-hari selama bekerja di PAUD, keinginan setiap anak untuk membaca buku sejak bayi sebenarnya sudah ada. Terbukti dengan bayi yang berusia 5 bulan sudah bisa dengan bahagia meremas-remas buku yang terbuat dari plastik dan kain, sembari mengisap-isap ujungnya. Anak usia 12 bulan sudah dengan mandiri memilih buku dan membuka lembarannya yang terkadang merobeknya tanpa rasa bersalah. Apakah kita harus memisahkan mereka?Solusinya bisa dengan menasihati si anak agar menjada buku dengan baik, walaupun nasihat ini tidak cukup sekali ucap saja. Anak usia 24 bulan akan dengan sadar meminta kita membacakan buku yang ingin dia baca, karena rasa keingintahuan akan isi cerita sebenarnya. Dan keesokan harinya dia akan membaca sendiri buku tersebut dengan modal cerita kemarin yang sudah dia dengar. Begitulah hingga anak di usia remaja mereka masih membutuhkan buku karena kebutuhan ini sudah tertanam dalam diri mereka sejak bayi. Bahkan hingga di masa tua mereka masih membaca buku sebagai pengobat jiwa yang sunyi.
Aku teringat akan masa kecilku, saat masih SD aku sudah candu dengan buku. Setiap hari aku harus membaca, seperti kebutuhan yang harus terpenuhi. Saat itu ibuku adalah guru SD di kampungku, kebetulan hanya itu sekolah yang ada di sana. Perpustakaan sekolah hanya bisa diakses oleh guru, tidak satupun murid yang bisa masuk dengan alasan supaya buku tidak hilang atau dibawa pulang. Rasanya sedih bukan, saat keinginanmu tidak terpenuhi?Mungkin kayak pengen pipis tapi ga boleh ntar wc bau amis. ah sudahlahh...Intinya kami tidak pernah masuk ke perpustakaan dengan status sebagai murid, namun karena aku adalah anak guru maka aku memanfaatkan status ini. Aku minta ke ibuku untuk membawakan buku-buku cerita dari sekolah ke rumah kami, aku dan kakakku Lusi melahap semua buku-buku cerita itu hingga berulang-ulang. Cerita yang paling melekat di ingatanku hingga saat ini adalah cerita tentang keluarga tapir di hutan. Jiwaku merasa kenyang setelah membaca buku-buku cerita hasil nepotismeku. Aku menghalalan segala cara untuk memenuhi kebutuhan jiwaku. Namun kusadari jika aku tidak suka membaca sejak kecil, aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku di kampus filsafat UGM yang keren itu, ceilehhh. Aku mungkin tidak akan pernah menginjakkan kakiku di pulau Papua yang luar biasa indahnya itu. Mungkin juga aku tidak akan pernah berada di tepi danau Jenewa, Swiss yang menawan ini. Ya buku menghantarkanku mengelilingi dunia, kemana aku ingin pergi. Buku adalah sahabat jiwaku, seperti halnya pak Rosseau tulis dalam bukunya ini. Tidak peduli siapa kamu, berapa hartamu, asal kamu bisa menyisihan waktu sedikit saja sehari menggulir bola matamu mengiringi tinta hitam di lembaaran putih itu, kamu akan bisa terbang keliling dunia. 
Aku berharap kita bisa berjumpa di persimpangan antar benua dan bercerita akan buku masa kecil kita.

                              

Tuesday 2 February 2016

Musim dingin ke empat, aku terjerat oleh penyakit lokal

Bulan Februari 2013, pertama kalinya aku mengunjungi kota Lausanne, negara Swiss. Saat itu bertepatan dengan musim dingin dengan jumlah salju yang lumayan tebal. Pertama kalinya juga dalam hidupku, aku melihat dan menyentuh salju yang sebelumnya hanya ada dalam bayangan semata. Bagiku, pengalaman itu adalah suatu hal yang menyenangkan dan sedikit konyol, saat Patrick menjemputku di bandara, di perjalanan menuju ke rumah orangtuanya, saya minta turun untuk menyentuh salju dan merasakan bagaimana dinginnya. Dingin memang tapi seru!! Sepanjang kunjungan saya selama dua bulan, kamipun melakukan banyak kegiatan seperti pergi ke gunung bermain ski, mendaki gunung bersalju dengan menggunakan sepatu raquette, mengunjungi kota-kota lain saat salju turun dan berada di luar dengan suhu hingga -9 derajat. Aku memang merasa kedinginan namun karena semua adalah baru bagiku, aku menikmati dengan antusias, sama sekali tidak merasakan kesusahan ataupun jatuh sakit seperti halnya banyak orang di sini, pasti terserang penyakit musim dingin seperti flu, batuk, sakit kepala, meriang dll. 
Musim dingin ke dua adalah bulan Desember 2013, kulewati dengan baik-baik saja. Tanpa terserang penyakit musim dingin sama sekali. Di musim ini juga kami melakukan olahraga ski ke gunung dan aku mengalami kecelakaan, akhirnya aku simpulkan bahwa olahraga ski bukanlah untukku. Kami tidak jodoh untuk saling dekat :P. Demikian halnya musim dingin ke tiga bulan Desember 2014, aku masih merasa baik-baik saja. Aku mulai tidak menyukai berada di luar dengan suhu udara dingin, dengan sepatu dan pakaian yang tebal dan berat. Aku mulai merasa sesak saat berjalan. Merasa tidak nyaman saat harus selalu memasukkan jari-jari ke dalam saku jaket. Sering menggerutu saat harus berada di luar namun bahagia ketika salju turun karena suasana menjadi indah. Aku menolak saat diajak ke gunung untuk bermain ski, karena sudah memutuskan hubungan dengannya tahun lalu. Akhinya kami hanya bermain seluncuran di bukit bersalju yang lokasinya tidak jauh dari kota tempat kami tinggal, itupun dengan syarat ketika matahari cerah aku akan mau pergi.
Kini tiba musim dingin ke empat dalam hidupku. Aku menjadi seperti orang lokal, yang sakit di awal pergantian musim gugur dan dingin. Bukan Desember 2015 lalu, aku mengalami batuk parah yang juga pertama kali dalam hidupku. Batuk kering yang bertahan selama hampir tiga minggu. Aku merasakan tulang-tulang dada dan punggungku sakit karena batuk yang kualami. Obat yang kuminum sepertinya tidak mempan hingga akhirnya aku melakukan cara kampung yaitu dengan memeras jeruk nipis dan mencampur airnya dengan madu. Aku lakukan itu setiap hari dengan harapan batuk kering berubah menjadi dahak. Tidur tidak pernah lelap karena tenggorokan yang gatal dan kering sangat mengganggu. Tepat menjelang natal, aku merasa sembuh. Syukur sekali penderitaan itu berakhir!!!
Tahun baru dimulai, salju tahun ini tidak seperti tahun lalu. Banyak yang mengatakan karena pemanasan global dunia, akupun mengiyakan. Musim dingin sepertinya belum dimulai, eh bunga-bunga sudah pada bersemi. Musim dingin tahun ini matahari sering menyapa. Bukan berarti pertanda baik juga bagi kesehatan, bakteri merajalela. Tepat awal tahun ini, aku memulai pekerjaan tetapku sebagai pendidik di PAUD, dan kesehatan anak sangat berpengaruh kepada pendidik juga. Tahun ini hampir setiap hari anak-anak datang ke PAUD dengan ingus yang meleler, mata yang sendu dan berair karena flu, suhu tubuh yang hangat karena demam. Dengan semua godaan-godaan ini, akupun terjerumus di dalamnya. Tepat jumat minggu lalu, sepulang kerja, aku merasakan sakit di kepala, mata mulai perih dan hidup mulai mampet. Langsung minum obat dan minum air putih yang banyak, istirahat cukup sepanjang akhir pekan, tetap saja hingga 4 hari sakit kepala dan flu ini masih betah bersarang di tubuhku. Ya, adaptasiku berjalan dengan baik, adaptasi dengan penyakit lokal yang selama 3 kali musim dingin tidak pernah menyapaku, kali ini aku terjerat!Jadi kesimpulannya, aku berhasil beradaptasi selama 2,5 tahun di negara ini, adaptasi dengan makanan, lingkungan sosial, bahasa, cuaca dan penyakit musiman. Aku bangga dengan diriku sendiri tapi menderita dengan sakit kepala ini :(

Kutulis dalam keadaan sakit kepala, mata perih, hidung mampet 
dan berbaring di sofa sepulang kerja siang ini
Lausanne, 02-02-2016