Tuesday 24 November 2015

Dokterku luar biasa


Setelah tinggal selama dua tahun lebih di kota ini, untuk pertama kalinya saya pergi menemui dokter umum (dokter keluarga) yang sebenarnya sudah terdaftar sejak kedatangan saya di sini. Pemilihan dokter keluarga adalah wajib dilakukan saat mendaftarkan diri pertama kali di salah satu asuransi kesehatan. Saat itu kami sama sekali tidak punya ide untuk memilih siapa yang akan menjadi dokter keluarga kami, namun karena dituntut kewajiban harus memilih salah satu nama dari daftar yang ada kamipun memilih dokter Nicolas Dolivo dengan alasan lokasi prakteknya yang tidak jauh dari tempat kami tinggal. Kenapa baru sekarang menemui dia setelah terdaftar dua tahun ?
Sebenarnya secara umum saya sangat sehat, demikian juga kesan pertama yang dilihat oleh dokter saya. Namun ada dua alasan yang mendorong saya pergi menemui dokter keluarga ini, yaitu alasan kesehatan dan alasan administratif. Dari segi kesehatan saya sering mengalami darah rendah dan selalu sakit perut dan diare setelah minum susu sapi. Dari segi administrasi bahwa saya membutuhkan surat keterangan sehat terbaru dari dokter, yang harus diserahkan kepada pihak sekolah dimana saya akan mulai bekerja bulan januari tahun depan. Sayapun membuat janji bertemu dengan dokter lewat perawat yang sekaligus asisten nya.
Kedatangan saya di tempat praktek dokter ini disambut baik oleh perawat dan kebetulan masih ada pasien lain yang sedang konsultasi dengan dokter di ruangan lain. Sayapun dipersilakan menunggu di ruang tunggu. Saya keluarkan catatan kecil titipan suami yang bisa membantu saya menjelaskan keadaan kesehatan saya dalam bahasa mereka, bahasa perancis. Berselang sepuluh menit kemudian seorang lelaki menggowes kursi rodanya ke arah saya dan menyuruh saya masuk ke ruang konsultasi. Saya bingung dan mulai bertanya dalam hati. Ramah sekali lelaki itu (yang dalam pikiran saya dia adalah pasien yang baru selesai diperiksa oleh dokter)! Sayapun masuk ke ruangan yang ditunjuk olehnya. Tidak ada siapapun yang duduk di balik meja di hadapan saya. Saya tetap berdiri sambil berpikir mungkin dokter saya sedang mempersiapkan diri di ruangan sebelah. Benar sekali, saya dengar beliau sedikit berteriak dari ruangan sebelah meminta saya menunggu dan mengatakan bahwa dia segera datang. Dia tidak ingkar janji, hanya beberapa detik dia sudah di hadapan saya. Dia adalah orang yang sebelumnya menyapa saya di ruang tunggu. Dia adalah dokter yang akan memeriksa saya. Dia adalah dokter keluarga yang kami pilih dua tahun lalu. Dia menyodorkan tangannya dan mengucapkan salam perkenalan. Ya, namanya dokter Nicolas Dolivo. Dokter yang bekerja di atas kursi roda.
Apakah kita, saya, orang lain, anda sebagai pembaca memiliki perasaan yang sama dengan kisah ini? Saya tidak bisa pastikan ya atau tidak. Namun di sini saya hanya ingin membagikan kisah indah yang saya alami. Saya memiliki dokter keluarga yang bekerja dari kursi rodanya. Apakah ini biasa dalam pandangan umum? Secara jujur saya katakan ini tidak biasa! Tapi saya berusaha biasa saat dia memeriksa keadaan saya. Kami berdialog layaknya pasien dan dokter. Terkadang saya memperhatikan dan terkagum dengan kecekatan dia menggowes roda kursinya dari ruangan konsultasi ke ruangan pemeriksaan. Saya menikmati setiap perbincangan dan proses pemeriksaan yang kami buat. Saya menemukan kenyamanan saat berbincang dengan dia. Dia mendukung pola hidup sehat yang saya jalankan. Terkadang dia mengoreksi cara saya mengucapkan beberapa kata dalam bahasa perancis. Diapun mengingatkan apakah saya sudah pernah disuntik vaksin cacar, karena saya akan bekerja dengan anak kecil. Pemeriksaan selesai dengan hasil sementara bahwa tekanan darah saya memang rendah. Namun dia tidak menganjurkan saya untuk mengkonsumsi obat hanya untuk menaikkan tekanan darah. Saya hanya disarakankan untuk minum air putih dan menjaga pola makan. Kunjungan saya akhiri dengan pengambilan beberapa cc darah oleh perawat dan saya diberikan kertas pertemuan untuk memeriksa intoleransi laktosa di laboratorium minggu berikutnya. Sepanjang perjalanan pulang saya masih terharu bangga bahwa seorang yang biasa seperti saya diperiksa oleh dokter yang luar biasa. 

No comments:

Post a Comment